"BATIK MADMIL" The Art of Traditional Batik Trusmi
BATIK MADMIL we are a one of batik maker (home industries) which is very well known due to unique process. we specialize making a fully hand-made batik which usually known as batik tulis. we provide a lot of unique motif and have been running around 85 years in making batik. our address in jl.Trusmi Kulon no 338 -cirebon-west java-indonesia, phone number: +6285718988872
Minggu, 24 Oktober 2010
Selasa, 19 Oktober 2010
Sejarah Trusmi dan Batiknya
Sebelumnya perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa nama Trusmi sendiri senantiasa dikaitkan dengan tokoh terkenal di Trusmi bernama Ki Buyut Trusmi pendiri desa tempat keramat trusmi itu berada serta dikaitkan pula dengan pendiri pedukuhan yang kemudian berkembang menjadi Tamaddun Cirebon yakni Pangeran Walangsungsang dari Pajajaran (Ki Kuwu Cerbon). Akan hal itu ada sebuah pertanyaan: "Apakah Ki Buyut Trusmi itu juga Walangsungsang?atau pemilik keramat Trusmi?atau Pangeran Trusmi?atau orang yang pertama kali tinggal dikeramat Trusmi?masih ada kesimpangssiuran dan ketidakjelasan. Namun demikian tidak membuat bingung dan resah masyarakat Trusmi dan Cirebon pada umumnya yang tetap menjadikan Pangeran Walangsungsang (Ki Kuwu Cerbon) sebagai tokoh sentralnya.
Hal tersebut di atas diamini pula oleh Kunci Turjani dengan versi yang berbeda mengatakan bahwa nama Trusmi muncul dikarenakan ulah Pangeran Trusmi putra pasangan Pangeran Cerbon Girang (putra Ki Kuwu Cerbon) dengan Nyi Cupluk (putri Ki Gede Trusmi) yang mempunyai suatu kebiasaan senang memangkas tanaman yang ditanam oleh kakeknya. Akan tetapi setiap tanaman itu dipangkas selalu tumbuh dan terus tumbuh kembali saat itu pula dalam arti terus bersemi.dan muncullah sebutan nama Trusmi.Dan sejak kejadian itu pula pedukuhan itu dikenal dengan sebutan Pedukuhan / Desa Trusmi.
Dikisahkan pula bahwa orang yang pertama kali tinggal di Trusmi (nama sekarang) yaitu Ki Gede Bangbangan yang suatu ketika pada sore hari membersihkan rumput di sekitar tempat tinggalnya, ia mendengar ucapan salam misterius, "Assalamu'alaikum". Ada suara akan tetapi tanpa rupa, pada saat bersamaan dengan ucapan salam tersebut Ki Gede Bangbangan menyaksikan sesuatu yang sangat aneh dimana rumput-rumput dan tanaman liar yang baru saja dipangkas kini benar-benar tumbuh kembali. Tidak berapa lama muncullah dua orang mengucap salam yang sama persis dengan suara yang didengar sebelumnya oleh Ki Gede Bangbangan. Kedua orang itu ternyata tidak lain adalah Pangeran Walangsungsang (Mbah Kuwu Cerbon) dan Sunan Gunung Jati yang ingin mensyiarkan Islam yang akhirnya Ki Gede Bangbangan pun memeluk Islam. Dan masih banyak pula versi - versi lainnya, walau demikian secara substansi bisa disimpulkan bahwa dari beberapa versi itu terdapat adanya kesamaan etimologis dari asal usul Trusmi itu sendiri.
Batik Trusmi mulai ada sejak abad ke 14 dan diyakini masyarakat Trusmi sendiri karena sudah warisan dari leluhurnya yaitu Ki Gede Trusmi. Suatu ketika sultan kraton menyuruh orang Trusmi untuk membuat batik tanpa membawa contoh hanya diperbolehkan melihat motifnya saja. Setelah jatuh tempo tiba orang Trusmi itu datang kembali dengan membawa batik yang sudah selesai dikerjakan dan meminta batik yang asli kepada sultan kemudian menyuruhnya untuk membungkus batik asli dan batik yang dikerjakannya (duplikat). Setelah kedua batik tersebut selesai dibungkus, saat itu pula orang Trusmi menyuruh sultan untuk memilih batik yang asli. Namun sultan kebingungan dan tidak bisa membedakan mana yang asli dari kedua batik tersebut karena sangat mirip sekali sehingga akhirnya sultan mengakui bahwa batik buatan orang Trusmi sangat apik dan sama persis walau tanpa membawa contoh batik aslinya.
Kamis, 14 Oktober 2010
Trusmi, Sentra Batik Cirebon
Trusmi merupakan sebuah nama desa sebelum adanya pemekaran (Desa Trusmi Kulon dan Desa Trusmi Wetan) yang secara geografis terletak di wilayah bagian utara Kabupaten Cirebon dimana wilayahnya pun tergolong dataran rendah termasuk ke dalam kategori daerah pertanian. Walaupun sudah dimekarkan akan tetapi karakteristik kedua desa itu masih relatif sama dikarenakan asal mula historis sejarah dan akar budayanya yang sama. Pada saat ini Desa Trusmi merupakan salah satu desa terpenting khususnya manakala semua orang ramai-ramai membicarakan khasanah kebudayaan Cirebon. Selain lebih dikenal sebagai sentra batik Cirebonnya juga memiliki situs atau tempat yang dikeramatkan terbesar kedua setelah Desa Gunung Jati. Hal ini terlihat dari masih banyaknya ritual-ritual adat istiadat yang masih dijalankan masyarakatnya antara lain seperti: Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tanggal dua puluh lima Maulud (Mulud Selawean menurut orang Trusmi), Upacara Sedekah Bumi menjelang tibanya musim hujan, Suroan, Saparan, Memayu dan Ganti Sirap, dll.
Untuk mengunjungi wilayah sentra batik trusmi ini sangatlah tidak sulit dikarenakan sebelum memasuki Cirebon yang merupakan pintu gerbang perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, baik arah dari jalan utama Jakarta, Bandung atau pun Brebes akan dijumpai titik penting hiruk pikuknya pasar yang dinamakan pasar Plered. Berhentilah di pasar Plered tersebut di mana wilayah Trusmi dari pasar tersebut hanya terpaut 500 m ke arah utara ruas jalan utama Cirebon - Brebes dan Cirebon - Jakarta/Bandung.Jarak tersebut selain bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan jasa tukang becak yang siap mengantar dengan imbalan Rp 3000 - Rp 4000 dengan waktu kurang lebih 5 menit. Setelah sampai akan banyak ditemui showroom-showroom batik sebelah kanan kiri jalan dan janganlah heran kalau pada hari minggu/libur nasional lalu lintas jalan ini sangat padat karena banyaknya para pengunjung yang datang dan pergi untuk berbelanja.
Untuk mengunjungi wilayah sentra batik trusmi ini sangatlah tidak sulit dikarenakan sebelum memasuki Cirebon yang merupakan pintu gerbang perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, baik arah dari jalan utama Jakarta, Bandung atau pun Brebes akan dijumpai titik penting hiruk pikuknya pasar yang dinamakan pasar Plered. Berhentilah di pasar Plered tersebut di mana wilayah Trusmi dari pasar tersebut hanya terpaut 500 m ke arah utara ruas jalan utama Cirebon - Brebes dan Cirebon - Jakarta/Bandung.Jarak tersebut selain bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan jasa tukang becak yang siap mengantar dengan imbalan Rp 3000 - Rp 4000 dengan waktu kurang lebih 5 menit. Setelah sampai akan banyak ditemui showroom-showroom batik sebelah kanan kiri jalan dan janganlah heran kalau pada hari minggu/libur nasional lalu lintas jalan ini sangat padat karena banyaknya para pengunjung yang datang dan pergi untuk berbelanja.
Tradisi Masyarakat Trusmi
Jaman boleh jadi sudah modern bahkan bisa dikatakan sudah sangat modern sekali dalam segala hal di era globalisasi yang penuh dengan segala persaingan ini. Akan tetapi hal ini tidak berlaku dan menyurutkan masyarakat Trusmi pada umumnya yang masih kental adat istiadatnya untuk selalu melakukan upacara ritual dengan spirit Islaminya. Hal ini masih banyak dijumpai adanya berbagai acara selametan yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Trusmi dengan niat yang tulus dari masyarakat yang secara ekonominya mampu sampai tidak mampu sekalipun Kenapa demikian?karena masyarakat Trusmi ingin benar-benar dirinya dikatakan sebagai "wong Trusmi" dengan melakukan berbagai macam selametan tersebut dan menurut sugesti wong Trusmi akan kuwalat apabila mengingkarinya atau tidak melaksanakannya.
Sangatlah penting bagi masyarakat Trusmi akan tradisi selametan ini, karena dapat dipandang sebagai bentuk sosialisasi dan berintegrasi satu sama lainnya yang memang sudah mengakar dari buyutnya (Ki Buyut Trusmi). Menurut Kang Ayipmu (Muhammad bin Yahya), bahwa pendiri Cirebon itu justru meng-Islam kan tradisi dalam arti nilai-nilai lama yang dianut masyarakat Cirebon yang bukan dari Islam dijadikan sesuai dengan norma dan nilai ajaran Islam.
Sangatlah penting bagi masyarakat Trusmi akan tradisi selametan ini, karena dapat dipandang sebagai bentuk sosialisasi dan berintegrasi satu sama lainnya yang memang sudah mengakar dari buyutnya (Ki Buyut Trusmi). Menurut Kang Ayipmu (Muhammad bin Yahya), bahwa pendiri Cirebon itu justru meng-Islam kan tradisi dalam arti nilai-nilai lama yang dianut masyarakat Cirebon yang bukan dari Islam dijadikan sesuai dengan norma dan nilai ajaran Islam.
Langganan:
Postingan (Atom)