Kamis, 14 Oktober 2010

Trusmi, Sentra Batik Cirebon

Trusmi merupakan sebuah nama desa sebelum adanya pemekaran (Desa Trusmi Kulon dan Desa Trusmi Wetan) yang secara geografis terletak di wilayah bagian utara Kabupaten Cirebon dimana wilayahnya pun tergolong dataran rendah termasuk ke dalam kategori daerah pertanian. Walaupun sudah dimekarkan akan tetapi karakteristik kedua desa itu masih relatif  sama dikarenakan asal mula historis sejarah dan akar budayanya yang sama. Pada saat ini Desa Trusmi merupakan salah satu desa terpenting khususnya manakala semua orang ramai-ramai membicarakan khasanah kebudayaan Cirebon. Selain lebih dikenal sebagai sentra batik Cirebonnya juga memiliki situs atau tempat yang dikeramatkan terbesar kedua setelah Desa Gunung Jati. Hal ini terlihat dari masih banyaknya ritual-ritual adat istiadat yang masih dijalankan masyarakatnya antara lain seperti: Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tanggal dua puluh lima Maulud (Mulud Selawean menurut orang Trusmi), Upacara Sedekah Bumi menjelang tibanya musim hujan, Suroan, Saparan, Memayu dan Ganti Sirap, dll.

Untuk mengunjungi wilayah sentra batik trusmi ini sangatlah tidak sulit dikarenakan sebelum memasuki Cirebon yang merupakan pintu gerbang perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, baik arah dari jalan utama Jakarta, Bandung atau pun Brebes akan dijumpai titik penting hiruk pikuknya pasar yang dinamakan pasar Plered. Berhentilah di pasar Plered tersebut di mana wilayah Trusmi dari pasar tersebut hanya terpaut 500 m ke arah utara ruas jalan utama Cirebon - Brebes dan Cirebon - Jakarta/Bandung.Jarak tersebut selain bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan jasa tukang becak yang siap mengantar dengan imbalan Rp 3000 - Rp 4000 dengan waktu kurang lebih 5 menit. Setelah sampai akan banyak ditemui showroom-showroom batik sebelah kanan kiri jalan dan janganlah heran kalau pada hari minggu/libur nasional lalu lintas jalan ini sangat padat karena banyaknya para pengunjung yang datang dan pergi untuk berbelanja.

Tradisi Masyarakat Trusmi

Jaman boleh jadi sudah modern bahkan bisa dikatakan sudah sangat modern sekali dalam segala hal di era globalisasi yang penuh dengan segala persaingan ini. Akan tetapi hal ini tidak berlaku dan menyurutkan masyarakat Trusmi pada umumnya yang masih kental adat istiadatnya untuk selalu melakukan upacara ritual dengan spirit Islaminya. Hal ini masih banyak dijumpai adanya berbagai acara selametan yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Trusmi dengan niat yang tulus dari masyarakat yang secara ekonominya mampu sampai tidak mampu sekalipun Kenapa demikian?karena masyarakat Trusmi ingin benar-benar dirinya dikatakan sebagai "wong Trusmi" dengan melakukan berbagai macam selametan tersebut dan menurut sugesti wong Trusmi akan kuwalat apabila mengingkarinya atau tidak melaksanakannya.

Sangatlah penting bagi masyarakat Trusmi akan tradisi selametan ini, karena dapat dipandang sebagai bentuk sosialisasi dan berintegrasi satu sama lainnya yang memang sudah mengakar dari buyutnya (Ki Buyut Trusmi). Menurut Kang Ayipmu (Muhammad bin Yahya), bahwa pendiri Cirebon itu justru meng-Islam kan tradisi dalam arti nilai-nilai lama yang dianut masyarakat Cirebon yang bukan dari Islam dijadikan sesuai dengan norma dan nilai ajaran Islam.